MUNGKIN orang tidak percaya bahwa Pak Marto yang ramah dan suka menolong orang itu ternyata memelihara tuyul. Itulah kehidupan, orang hanya bisa melihat dari sisi luarnya saja, terkadang kita tanpa sadar terjebak oleh permainan orang lain bahkan mungkin terjebak oleh permainan kita sendiri. Orang yang kelihatan sangat dermawan seperti Pak Marto itu mengecoh banyak warga desa Singkil Gombong Jawa Tengah. Ya, siapa yang tidak kenal Pak Marto, anak kecil sampai orang dewasa pun pasti mengenalnya.
Apabila ada kegiatan sosial bapak ini selalu membantu, bahkan jalan desa yang dulunya masih tanah dan apabila hujan becek, berkat bantuan dan jasa dia kini sudah disemen. Orang yang peduli sukar didapat di daerah itu. Pak Marto terkenal sebagai seorang pengusaha yang sukses, kebun teh, kopi, peternakan sapi dan masih banyak lagi dimilikinya. Tidak heran bila kehidupanya serba mewah. Di desa Singkil Pak Marto sangat dihormati karena jiwa sosialnya yang tinggi.
Mayoritas warga desa Singkil kehidupan sehari-hari bertani dan berdagang, tidak heran apabila perekonomian di desa tersebut stabil, bahkan sekarang ini para pemudanya lebih suka membuka lapangan pekerjaan sendiri dengan cara berwiraswasta, tentunya hal tersebut membanggakan perangkat desanya. Kemandirian diperlukan untuk menyambung hidup dan membentuk karakter sesesorang.
Akan tetapi kehidupan penduduk kemudian terusik dengan laporan beberapa warga desa. Dalam laporannya beberapa warga kehilangan uang. “Betul Pak Lurah, uang yang saya simpan di rumah hilang, padahal rumah saya tertutup rapat, sudah yang ketiga kali ini kejadiannya Pak,” terang salah satu warga. “Uang saya juga hilang Pak Lurah,” celetuk warga yang lain.
Hilangnya beberapa uang yang dialami warga desa, membuat kepala desa itu berpikir cepat. “Baiklah Bapak-bapak dan Ibu-ibu, masalah ini akan kita selidiki dengan secepatnya, hilangnya uang ini di luar penalaran kita, akan tetapi tetap akan kita cari dan kita usut,” terang Lurah Wahyudi.
Setalah berunding dengan para ulama dan tokoh masyarakat diperoleh kesimpulan, bahwa penyebab hilangnya uang warga desa Singkil adalah perbuatan tuyul. ”Wah, berarti warga kita ada yang memelihara tuyul Pak Lurah,” tanya Sardi warga desa tersebut. ”Kurang lebih begitu, makanya tuyul itu akan kita tangkap, barulah semua itu terjawab, siapa sebenarnya yang memelihara,” jawab Lurah.
Beberapa peralatan penangkap tuyul sudah dipersiapkan, di antaranya ember berukuran besar, garam, tali plastik, piring, botol kosong dan kepiting. Untuk penangkapan tuyul dipimpin Haji Rokhidin yang dipercaya penduduk desa punya kepandaian dalam dunia misteri.
Tampak di malam hari, haji Rokhidin, Lurah dan beberapa warga berkumpul di rumah salah satu warga desa. “Malam ini beberapa roh halus akan keluar dari sarangnya, tuyul pun akan memcari mangsa, kita persiapkan alat-alatnya, apabila nanti kepiting bergerak ke sana kemari, berarti tuyul ada di situ,” Haji Rokhidin memberi keterangan.
Tidak lama kemudian haji memgusapkan sapu tangan di muka beberapa warga desa agar nantinya kedatangan tuyul dapat dilihat oleh warga tersebut. Hari beranjak malam, akan tetapi tuyul itu belum kelihatan juga. Pak Bowo beberapa kali menguap. ”Aduh, ngantuk benar malam ini,” bisiknya. “Braak!!,” tiba-tiba ada yang memebentur pintu rumah, terlihat bocah kecil berlarian memainkan kepiting, di belakangnya terlihat babi hitan hitam pekat mengendus-endus pintu. Warga desa yang melihatnya terbelalak semua. “Ini Pak Lurah, sumber masalah didesa kita,” kata Haji Rokhidin pada lurah Wahyudi. “Mari kita tangkap tuyul dan babi itu,” perintah Haji itu.
Beberapa warga mengejar dan memukul babi itu, sementara warga lainnya menangkap tuyul itu, bahkan senjata tajam yang dibawa Pak Bowo sempat mengenai badan babi itu, akan tetapi proses penangkapan tidak membuahkan hasil. Akan tetapi apa yang dilihat Lurah dan warga desa bisa dijadikan petunjuk bahwa salah bsatu warga desa tersebut ada yang memelihara tuyul dan babi ngepet.
Pagi harinya warga desa Singkil bertambah heran, salah satu penduduk desa meninggal dengan sangat mengerikan, tanpa tahu penyebabnya. “Siapa yang meninggal Pak,” tanya pak Lurah pada warganya.
Itu Pak Marto, badannya mengeluarkan darah segar, kayak habis kena senjata tajam,” tuturnya. “Jadi Pak marto yang menjadi sumber masalah di desa ini, ternyata kekayaan Pak Parto dicari secara tidak halal, materi memang membutakan mata,” bisiknya lirih.
Meninggalnya Pak Marto membuat geger seisi kampung, Pak Marto yang sangat dihormati dan dermawan tersebut ternyata hanya baik depannya saja, dari belakang menikam warga desa tersebut. Apa yang dicari Pak Marto sudah tercapai dan kini sudah mendapat imbalannya. Kehidupan dan tindakan yang dilakukan Pak Marto dapat dijadikan contoh warga desa, segala sesuatu yang diperoleh secara tidak wajar akan mendatangkan kesenangan sesaat, akan tetapi, semua itu akan berakhir di ujung penderitaan yang tiada henti.